Rabu, 15 Februari 2012

Kitab Permulaan Turunnya Wahyu

Bab Bagaimana Permulaan
Turunnya Wahyu kepada
Rasulullah saw. dan Firman
Allah Ta'ala, "Sesungguhnya
Kami telah memberikan
wahyu kepada Nuh dan nabi-
nabi yang kemudiannya."
l. Dari Alqamah bin Waqash al-
Laitsi, ia berkata, "Saya
mendengar Umar ibnul
Khaththab r.a. (berpidato 8/59)
di atas mimbar, 'Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda,
'(Wahai manusia), sesungguhnya
amal-amal itu hanyalah dengan
niatnya (dalam satu riwayat:
amal itu dengan niat 6/118) dan
bagi setiap orang hanyalah
sesuatu yang diniatkannya.
Barangsiapa yang hijrahnya
(kepada Allah dan Rasul Nya,
maka hijrahnya kepada Allah
dan Rasul Nya. Dan, barangsiapa
yang hijrahnya 1/20) kepada
dunia, maka ia akan
mendapatkannya. Atau, kepada
wanita yang akan dinikahinya
(dalam riwayat lain:
mengawininya 3/119), maka
hijrahnya itu kepada sesuatu
yang karenanya ia hijrah."
2. Aisyah r.a. mengatakan bahwa
Harits bin Hisyam r.a. bertanya
kepada Rasulullah saw., "Wahai
Rasulullah, bagaimana
datangnya wahyu kepada
engkau?" Rasulullah saw.
menjawab, "Kadang-kadang
wahyu itu datang kepadaku
bagaikan gemerincingnya
lonceng, dan itulah yang paling
berat atasku. Lalu, terputus
padaku dan saya telah hafal
darinya tentang apa yang
dikatakannya. Kadang-kadang
malaikat berubah rupa sebagai
seorang laki-laki datang
kepadaku, lalu ia berbicara
kepadaku, maka saya hafal apa
yang dikatakannya." Aisyah r.a.
berkata, "Sungguh saya melihat
beliau ketika turun wahyu
kepada beliau pada hari yang
sangat dingin dan wahyu itu
terputus dari beliau sedang dahi
beliau mengalirkan keringat"
3. Aisyah r.a. berkata, "[Adalah
6/871] yang pertama (dari
wahyu) kepada Rasulullah saw.
adalah mimpi yang baik di dalam
tidur. Beliau tidak pernah
bermimpi melainkan akan
menjadi kenyataan seperti
merekahnya cahaya subuh.
Kemudian beliau gemar
bersunyi. Beliau sering bersunyi
di Gua Hira. Beliau beribadah di
sana, yakni beribadah beberapa
malam sebelum rindu kepada
keluarga beliau, dan mengambil
bekal untuk itu. Kemudian beliau
pulang kepada Khadijah. Beliau
mengambil bekal seperti
biasanya sehingga datanglah
kepadanya (dalam riwayat lain
disebutkan: maka datanglah
kepadanya) kebenaran. Ketika
beliau ada di Gua Hira,
datanglah malaikat (dalam
nomor 8/67) seraya berkata,
'Bacalah!' Beliau berkata,
'Sungguh saya tidak dapat
membaca. Ia mengambil dan
mendekap saya sehingga saya
lelah. Kemudian ia melepaskan
saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!'
Maka, saya berkata, 'Sungguh
saya tidak dapat membaca:' Lalu
ia mengambil dan mendekap
saya yang kedua kalinya,
kemudian ia melepaskan saya,
lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka,
saya berkata, 'Sungguh saya
tidak bisa membaca' Lalu ia
mengambil dan mendekap saya
yang ketiga kalinya, kemudian ia
melepaskan saya. Lalu ia
membacakan, "Iqra' bismi
rabbikalladzi khalaq. Khalaqal
insaana min'alaq. Iqra'
warabbukal akram. Alladzii
'allama bil qalam. 'Allamal
insaana maa lam ya'lam.
'Bacalah dengan menyebut
nama Tuhanmu Yang
Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Paling
Pemurah. Yang mengajar
manusia dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak
diketahuinya. Lalu Rasulullah
saw. pulang dengan membawa
ayat itu dengan perasaan hati
yang goncang (dalam satu
riwayat: dengan tubuh gemetar).
Lalu, beliau masuk menemui
Khadijah binti Khuwailid, lantas
beliau bersabda, 'Selimutilah
saya, selimutilah saya!' Maka,
mereka menyelimuti beliau
sehingga keterkejutan beliau
hilang. Beliau bersabda dan
menceritakan kisah itu kepada
Khadijah, 'Sungguh saya takut
atas diriku.' Lalu Khadijah
berkata kepada beliau, 'Jangan
takut (bergembiralah, maka)
demi Allah, Allah tidak akan
menyusahkan engkau
selamanya. (Maka demi Allah),
sesungguhnya engkau suka
menyambung persaudaraan (dan
berkata benar), menanggung
beban dan berusaha membantu
orang yang tidak punya,
memuliakan tamu, dan
menolong penegak kebenaran.'
Kemudian Khadijah membawa
beliau pergi kepada Waraqah bin
Naufal bin Asad bin Abdul Uzza
(bin Qushai, dan dia adalah)
anak paman Khadijah. Ia
(Waraqah) adalah seorang yang
memeluk agama Nasrani pada
zaman jahiliah. Ia dapat menulis
tulisan Ibrani, dan ia menulis Injil
dengan bahasa Ibrani (dalam
satu riwayat: kitab berbahasa
Arab. dan dia menulis Injil
dengan bahasa Arab) akan apa
yang dikehendaki Allah untuk
ditulisnya. Ia seorang yang sudah
sangat tua dan tunanetra.
Khadijah berkata, Wahai putra
pamanku, dengarkanlah putra
saudaramu!' Lalu Waraqah
berkata kepada beliau, Wahai
putra saudaraku, apakah yang
engkau lihat?' Lantas Rasulullah
saw: menceritakan kepadanya
tentang apa yang beliau lihat.
Lalu Waraqah berkata kepada
beliau, 'Ini adalah wahyu yang
diturunkan Allah kepada Musa!
Wahai sekiranya saya masih
muda, sekiranya saya masih
hidup ketika kaummu
mengusirmu....' Lalu Rasulullah
saw. bertanya, 'Apakah mereka
akan mengusir saya?' Waraqah
menjawab, 'Ya, belum pernah
datang seorang laki-laki yang
(membawa seperti apa yang
engkau bawa kecuali ia ditolak
(dalam satu riwayat: disakiti /
diganggu). Jika saya masih
menjumpai masamu, maka saya
akan menolongmu dengan
pertolongan yang tangguh.'
Tidak lama kemudian Waraqah
meninggal dan wahyu pun
bersela, [sehingga Nabi saw.
bersedih hati karenanya -
menurut riwayat yang sampai
kepada kami[1] - dengan
kesedihan yang amat dalam yang
karenanya berkali-kali beliau
pergi ke puncak-puncak gunung
untuk menjatuhkan diri dari
sana. Maka, setiap kali beliau
sudah sampai di puncak dan
hendak menjatuhkan dirinya,
Malaikat Jibril menampakkan diri
kepada beliau seraya berkata,
'Wahai Muhammad,
sesungguhnya engkau adalah
Rasul Allah yang sebenarnya.'
Dengan demikian, tenanglah
hatinya dan mantaplah jiwanya.
Kemudian beliau kembali
pulang. Apabila dalam masa
yang lama tidak turun wahyu,
maka beliau pergi ke gunung
seperti itu lagi. Kemudian setelah
sampai di puncak, maka Malaikat
Jibril menampakkan diri kepada
beliau seraya berkata seperti
yang dikatakannya pada
peristiwa yang lalu -
6/68]." [Namus (yang di sini
diterjemahkan dengan Malaikat
Jibril) ialah yang mengetahui
rahasia sesuatu yang tidak
diketahui oleh orang lain 124/4].
4. Ibnu Abbas r.a. berkata,
"Rasulullah saw. adalah orang
yang paling suka berderma
[dalam kebaikan 2/228], dan
paling berdermanya beliau
adalah pada bulan Ramadhan
ketika Jibril menjumpai beliau. Ia
menjumpai beliau pada setiap
malam dari [bulan 6/102]
Ramadhan [sampai habis bulan
itu], lalu Jibril bertadarus Al-
Qur'an dengan beliau. Sungguh
Rasulullah saw. adalah [ketika
bertemu Jibril - 4/81] lebih
dermawan dalam kebaikan
daripada angin yang dilepas."
Catatan Kaki:
[1] Saya (Al-Albani) berkata,
"Yang berkata, 'Menurut riwayat
yang sampai kepada kami"
adalah Ibnu Syihab az-Zuhri,
perawi asli hadits ini dari Urwah
bin Zubair dari Aisyah. Maka,
perkataannya ini memberi kesan
bahwa tambahan ini tidak
menurut syarat Shahih Bukhari,
karena ini dari penyampaian az-
Zuhri sendiri, sehingga tidak
maushul, sebagaimana dikatakan
oleh al-Hafizh dalam Fathul Bari.
Karena itu, harap diperhatikan!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar