Rabu, 15 Februari 2012

SEPASANG SANDAL JEPIT

Suatu hari, Agung, seorang anak miskin berjalan sempoyongan dari rumah ke rumah, hanya untuk menjual suara serulingnya demi membiayai sekolahnya. Ia merasa sangat tersiksa oleh terik matahari. Kakinya melepuh menahan panas siang itu. Hasil serulingnya baru mendapat uang Rp.250 saja. Karena tak tahan lapar, ia memutuskan untuk meniup sulingnya dan minta makan di rumah berikutnya, namun segera hilang
keberaniannya ketika seorang gadis cantik membukakan pintu.
Sebagai gantinya ia minta air putih saja. Gadis itu melihat bahwa si anak kecil tampak kelaparan, ia lalu membawakannya makanan plus segelas air. Anak itu pun meminumnya perlahan-lahan. Usai makan dan minum, gadis tsb mengulurkan sepasang sandal.
"Nih sandal aku, kamu pake aja, biar kakimu gak melepuh lagi." kata gadis itu.
"Oh iya namaku maisaroh. Kelas 5 SD, kamu kelas berapa?
“Aku Agung kelas 1 tsanawiyah. Oh ya, Berapa harus kubayar makan, minum dan sepasang sandal jepit ini?” kata anak itu.
“Kau tidak harus membayar apa-apa,” jawab si gadis. “Ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.”
“Bila demikian, ku ucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku.”
Agung lalu meninggalkan rumah itu. Ia tidak saja lebih kuat badannya, tapi keyakinannya kepada Alloh dan kepercayaannya kepada sesama manusia menjadi semakin mantap. Sebelumnya ia telah merasa putus asa dan hendak menyerah pada nasib.
Beberapa tahun kemudian maisaroh, si gadis itu menderita sakit parah. Para dokter setempat kebingungan sewaktu mendiagnosa penyakitnya.
Mereka lalu mengirimnya ke kota besar dan mengundang beberapa dokter ahli untuk mempelajari penyakit langka si pasien. Dokter Agung akhirnya dipanggil ke ruang konsultasi untuk dimintai pendapat. Ketika mendengar nama kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata Dokter Agung. Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien.
Dokter Agung segera mengenali wanita sakit itu. Ya, itu adalah maisaroh, gadis yang dulu memberinya sepasang sandal jepit. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya. Sejak hari itu Dokter Agung memberikan perhatian khusus pada kasus si pasien. Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan.
Dokter Agung meminta kepada bagian administrasi agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada si pasien.
Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor Dokter Agung. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Tagihan itu kemudian dikirimkan ke kamar pasien. Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya. Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu:

Telah dibayar lunas dengan sepasang sandal jepitmu.
Tertanda
DR. Agung Syahputra
(peniup seruling jalanan yang kakinya melepuh)

Air mata bahagia membanjiri mata si pasien. Ia berkata dalam hati,“Terima kasih Alloh, cinta-Mu telah tersebar luas lewat hati dan tangan manusia.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar