Rabu, 15 Februari 2012

MASIHKAH BERANGGAPAN TUHAN TIDAK ADIL?

Seekor keong muda tampak memperhatikan kegiatan satwa di kelilingnya. Ada burung-burung yang mampu terbang tinggi. Sejumlah kelinci yang asyik berlari-larian di rerumputan hijau, melompat kesana dan kemari. Ikan-ikan yang begitu menikmati sejuknya alam air danau yang begitu luas.
“Aih asyiknya mereka,” ucap sang keong menampakkan kekaguman. Saat itu juga, sang keong muda menyadari sesuatu dari dirinya yang dirasa begitu banyak kekurangan. Ia tak bisa terbang seperti burung. Tak bisa berjalan cepat, apalagi berlari dan melompat, seperti kelinci. Dan tak bisa berenang seperti ikan-ikan.
“Andai aku seperti mereka…,” gumam sang keong memperlihatkan penyesalan diri.
Bayangan wajah-wajah ceria para hewan di sekitarnya kian membuat dirinya merasa terpuruk. “Tuhan tidak adil!” ucapnya kemudian.
Di luar kesadaran sang keong muda, seekor keong tua menghampiri.
“Jangan berpikir picik tentang keadilan Tuhan, anakku!” ucapnya bijaksana.
“Berbaik sangkalah kepada Yang Maha Bijaksana, suatu saat, kau akan tahu di balik rahasia ciptaan-Nya…,” sambung sang keong tua sambil berlalu meninggalkan sang keong muda yang masih kebingungan.
Belum lagi kebingungan itu hilang, si keong muda dikejutkan dengan suara pekikan tiga ekor burung elang yang meliuk-liuk di udara.
Ketiganya pun menukik ke arahnya, ikan, dan kelinci. Spontan, tubuh sang keong menyusut dan langsung tertutup rumahnya yang begitu keras.
Burung elang yang gagal
memangsanya pun terbang meninggalkan diri sang keong yang mulai mengintip ke arah ikan dan kelinci.
Begitu miris, seekor ikan dan kelinci sudah berada dalam genggaman kaki dua ekor elang yang langsung terbang membawa mangsanya ke arah ketinggian. Saat itulah, ia tersadar sesuatu.
“Ah benar apa yang dikatakan keong tua tadi. Begitu banyak rahasia di balik keadilan Yang Maha Pencipta,” ucapnya membatin.

@ @ @

Salah satu kelemahan kita adalah ketidakmampuan
menangkap rahasia keunggulan diri yang telah disediakan oleh Yang Maha Bijaksana. Paradigma berpikir negatif kian menjerumuskan kita kepada sebuah gugatan tentang keadilan Tuhan. Perhatikanlah, dan bukalah tempurung
kepicikan diri yang telah
mengungkung kita dalam
kegelapan cara berpikir dan bertindak.
Berusaha dan bersyukurlah, suatu saat, akan kita temukan begitu banyak anugerah Allah dalam diri kita yang tersekat oleh cara kita melihat diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar