Rabu, 15 Februari 2012

RINGKASAN SHAHIH BUKHARI

Pendahuluan
Oleh: Muhammad Nashiruddin
Al-Albani
Segala puji bagi Allah. Kami
memuji-Nya, minta tolong
kepada-Nya, dan minta ampun
kepada-Nya. Kami mohon
perlindungan kepada Allah dari
kejahatan nafsu dan kejelekan
perbuatan kami. Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Allah,
maka tiada yang dapat
menyesatkannya. Barangsiapa
yang disesatkan-Nya, maka tiada
yang dapat memberi petunjuk
kepadanya.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan tiada sekutu
bagi-Nya, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah
Rasulullah. "Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dengan sebenar-
benar takwa kepada-Nya dan
janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan
beragama Islam." (Ali Imran:
102)
"Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu, dan darinya
Allah menciptakan istrinya. Dari
keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-
laki dan wanita yang banyak.
Bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahmi.
Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi
kamu." (an- Nisaa': 1)
"Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah
dan katakanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-
amalanmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu.
Barangsiapa menaati Allah dan
Rasul-Nya, maka sesunguhnya ia
telah mendapat kemenangan
yang besar." (al-Ahzab: 70-71)
Amma ba'du. Di antara
program-program (rencana) saya
yang telah lalu adalah
berkhidmat kepada Sunnah yang
suci, yang saya istilahkan dengan
"Mendekatkan Sunnah kepada
Umat". Saya membahasnya
dalam beberapa kitab saya. Di
antaranya adalah mukadimah
saya terhadap Ringkasan Shahih
Muslim oleh Hafidz al-Mundziri,
yaitu dari satu sisi membuang
isnad dan dari sisi lain
membedakan yang sahih dan
yang dhaif. Para Ulama telah
menyepakati dan tidak ada yang
membantah terhadap isnad
Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim, sebagaimana yang telah
saya kembangkan dalam
mukadimah tersebut. Maka,
yang saya lakukan adalah
menghapus sebagian isnad dan
matan yang berulang-ulang.
Pertama kali yang saya lakukan
adalah mentahkik Ringkasan
Shahih Muslim,
menyebutkannya, menomori
hadits dan menjelaskan kata kata
yang sulit, membuat catatan
kaki, dan menerbitkannya di
Beirut. Tetapi, setelah selesai
mempelajarinya, tampak oleh
saya bahwa Al-Hafidz al-
Mundziri - semoga Allah
memberi rahmat kepadanya - di
dalam meringkas kitab tersebut
tidak hanya membatasinya
dengan membuang isnad dan
matan yang berulang-ulang saja.
Ia juga membuang sebagian
isinya.
Karena itu, kalau saya
mempunyai kesempatan, niscaya
saya akan meringkasnya sendiri
dengan metode khusus yang
saya ciptakan sendiri. Kiranya
Allah Yang Mahatinggi
menghendaki hal itu. Yaitu,
ketika saya ditakdirkan Allah
dipenjara pada tahun 1389 H /
1969 M bersama beberapa
ulama tanpa kesalahan yang
kami lakukan kecuali hanya
berdakwah kepada agama Islam
dan mengajarkannya kepada
masyarakat. Saya diseret ke
penjara Qal'ah di Damaskus.
Kemudian dikeluarkan setelah
dipenjara yang kedua kalinya
dengan menjalani hukuman
beberapa bulan. Saya hanya
mengharapkan pahala dari
Allah.
Allah telah menakdirkan
kesendirian saya di penjara yang
hanya ada buku yang saya cintai
Shahih Imam Muslim, pensil, dan
penghapus. Di penjara, saya
mewujudkan cita-cita saya dalam
meringkas dan memudahkannya
dengan menghabiskan waktu
sekitar 3 bulan. Saya bekerja
siang dan malam tanpa merasa
lelah ataupun bosan. Dengan
begitu, keinginan musuh-musuh
umat untuk membalas dendam
kepada kami ternyata berbalik
menjadi nikmat. Yakni, nikmat
yang bayang bayangnya
menaungi kaum muslimin
penuntut ilmu di manapun
mereka berada. Maka, segala
puji bagi Allah karena dengan
nikmat-Nya sempurnalah amal-
amal yang saleh.
Allah telah memudahkan bagi
saya dalam menyelesaikan
sejumlah besar tugas ilmiah yang
kiranya tidak ada kesempatan
bagi saya seandainya masih ada
sisa umur dan saya tempuh
metode yang biasa. Pihak
pemerintah berikutnya melarang
saya pergi ke kota-kota Suriah
untuk melakukan kunjungan
bulanan yang biasa saya lakukan
untuk mengajak masyarakat
supaya kembali kepada Al-
Qur'an dan as-Sunnah. Acara
tersebut terkenal dengan nama
"tahanan kota". Pada masa masa
itu, saya juga dilarang
menyampaikan pelajaran ilmiah
yang banyak menyita waktu saya.
Semua itu telah memalingkan
saya dari mengerjakan banyak
tugas, dan menghalangi saya
untuk bertemu dengan orang-
orang yang biasa memanfaatkan
waktu saya untuk mendapatkan
banyak hal (pengetahuan).
Setelah menelaah ringkasan
tersebut, sebagian ikhwan ingin
menerbitkannya. Akan tetapi,
sebelumnya saya merasa perlu
memulainya dengan meringkas
Shahih Imam Bukhari untuk
diterbitkan lebih dahulu.
Kemudian disusul dengan
menerbitkan ringkasan Shahih
Imam Muslim. Beberapa hari
kemudian saya mulai
mewujudkan keinginan tersebut.
Yaitu, meringkas Shahih Bukhari
dalam beberapa kesempatan
yang terpotong-potong, dan
dalam waktu berbulan-bulan.
Sehingga, dengan karunia dan
kemurahan-Nya, Allah
menakdirkan saya untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
Kemudian Allah menghendaki
saudara kami Ustadz Zuhair asy-
Syawisy menerbitkannya. Saya
mempersiapkan segala
sesuatunya, yaitu menyiapkan
jenis jenis huruf dan tulisan,
supaya dapat diterbitkan kitab
yang mudah dimengerti oleh
pembaca dalam mengenal
macam-macam hadits yang ada
di dalamnya. Apakah hadits itu
musnad yang maushul, mu'allaq
marfu', atau atsar mauquf
sebagaimana yang menjadi ciri
khas takhrij dan catatan kaki
saya.
Secara lamban buku tersebut
dicetak pada tahun 1394 H
kemudian indeksnya dicetak di
Beirut pada tahun 1399 H.
Terjadilah beberapa peristiwa
yang menyedihkan, yaitu kami
kehilangan hal-hal yang menjadi
kelaziman suatu kitab[1] yang
karenanya Saudara Zuhair
terpaksa menggambarkan
kelaziman-kelaziman dan
bagian-bagian kitab itu. Maka,
dapatlah - dan segala puji bagi
Allah - dikembalikan bagian
pertama kitab itu secara lengkap,
dengan berharap kepada Allah
semoga Dia memberikan
kemudahan untuk segera
menghidangkannya kepada
masyarakat.
Tindakan yang Saya Lakukan
dalam Meringkas Kitab Ini
Di dalam meringkas Shahih
Imam Bukhari, saya
menggunakan metode ilmiah
yang cermat. Saya kira saya telah
menerapkannya pada semua isi
hadits Bukhari, atsar-atsarnya,
kitab-kitabnya, dan bab-babnya.
Tidak ada satu pun yang
terluput, insya Allah, kecuali apa
yang tidak dapat dihindari
sebagai tabiat manusia (khilaf
dan lupa).
Perinciannya sebagai berikut:
1. Saya buang semua isnad
hadits tanpa tersisa kecuali nama
sahabat perawi hadits yang
langsung dari Nabi saw.. Juga
kecuali perawi-perawi yang di
bawah sahabat yang tak dapat
dihindari karena keterlibatannya
dalam kisah, sedang riwayat itu
tidak sempurna kecuali dengan
menyebutkan mereka.
2. Telah dimaklumi oleh orang-
orang yang mengerti kitab
Shahih Bukhari bahwa ia
mengulang-ulang hadits dalam
kitabnya itu dan
menyebutkannya dalam
beberapa tempat, kitab-kitab,
dan bab-bab yang berbeda-
beda, dan dengan riwayat yang
banyak jumlahnya. Terkadang ia
menggunakan jalan periwayatan
lebih dari satu, sekali tempo
ditulisnya hadits itu dengan
panjang, dan pada waktu yang
lain dengan ringkas. Berdasarkan
hal itu, saya pilih di antara
riwayat-riwayat yang diulang itu
yang paling lengkap dan saya
jadikan sebagai pokok dalam
ringkasan ini. Akan tetapi, saya
tidak berpaling dari riwayat-
riwayat yang lain. Bahkan, saya
menjadikannya sebagai kajian
khusus, untuk mencari-cari
barangkali di sana terdapat
faedah tertentu. Atau, untuk
menambah sesuatu yang tidak
terdapat dalam riwayat yang
dipilih, lalu saya ambil dan saya
gabungkan ke dalam yang
pokok.
Penggabungan tersebut
menggunakan dua bentuk:
Pertama, apabila ada tambahan,
digabungkan sesuai dengan
aslinya dan diatur sesuai dengan
tingkatan dan urutannya.
Sehingga, pembaca yang
budiman tidak merasa bahwa itu
adalah tambahan. Kemudian
saya letakkan di antara dua
kurung siku [], misalnya apa
yang ada pada sebagian karya
saya seperti Shifatush Shalah,
Hijjatun-Nabi, dan Ahkamul
Janaiz.
Kedua, jika tambahan itu tidak
teratur sesuai dengan tingkatan
dan urutannya, maka saya
letakkan diantara tanda kurung
dan saya katakan: (dan dalam
riwayat ini dan ini). Apabila
riwayat itu dari jalan lain dari
sahabat yang meriwayatkan
hadits tersebut, saya katakan:
(dan dalam satu jalan
periwayatan) atau (dan dalam
jalan periwayatan yang kedua).
Apabila terdapat tambahan lain
dari jenis jalan periwayatan yang
ketiga, saya katakan: (dan dalam
jalan yang ketiga). Dengan
demikian, tujuan menjadi jelas,
yaitu dapat memberi manfaat
kepada pembaca dengan
menggunakan ungkapan yang
sangat singkat, bahwa hadits
tersebut tidak gharib 'asing' dan
sendirian periwayatannya dari
sahabat tersebut. Pada masing-
masing bentuk tadi saya letakkan
nomor juz dan halaman dari
cetakan Istambul pada tahun
(.....) di akhir tambahan sebelum
tanda kurung tutup.
3. Hadits shahih dari segi
isnadnya menurut para ulama
dibagi menjadi dua. Pertama,
hadits maushul, yaitu hadits di
mana penyusun menyebutkan
isnadnya yang bersambung
hingga para perawinya dari
kalangan sahabat, itu termasuk
sebagian atsar yang mauquf
pada sahabat atau yang lainnya.
Kedua, hadits mu'allaq, yaitu
penyusun tidak menyebutkan
isnadnya sama sekali atau
disebutkan sebagian dari yang
paling tinggi derajat nya dengan
men-ta'liq-kannya pada sahabat
atau lainnya, terkadang
sanadnya adalah guru-guru
Imam Bukhari. Bagian ini dibagi
menjadi dua macam, yaitu
marfu' dan mauquf yang tidak
semuanya sahih menurut
penyusun dan para ulama
sesudahnya karena di dalamnya
terdapat hadits sahih, hasan, dan
dhaif.[2] Matan ini juga saya
bawakan dalam Mukhtashar
'Ringkasan' ini, tetapi saya
bermaksud mentakhrijnya pada
catatan kaki dengan menjelaskan
tingkatannya dengan isnadnya
itu sendiri atau lainnya jika hadits
itu marfu'. Apabila dari atsar
mauquf, maka saya cukupkan
dengan mentakhrijnya saja, dan
jarang sekali saya menyebutkan
derajatnya (tingkatannya).
4. Kemudian saya memberi
nomor pada ketiga jenis hadits
tersebut dengan nomor khusus,
dan setiap hadits mempunyai
ukuran yang berbeda. Hadits
yang musnad mempunyai
nomor-nomor khusus yang
berurutan, dan hadits yang
marfu' mu'allaq mempunyai
nomor-nomor khusus yang
berurutan pula. Begitu juga atsar
yang mauquf mempunyai
nomor-nomor khusus pula.
Manfaatnya ialah bahwa apabila
kitab itu telah selesai, maka akan
mudah diketahui jumlah setiap
hadits dari ketiga jenis tersebut.
[3]
5. Saya memberi nomor pada
kitab-kitab dalam Shahih Bukhari
ini dengan nomor-nomor yang
berurutan[4] begitu juga pada
semua bab. Dalam setiap babnya
saya beri nomor yang berurutan,
dengan memperhatikan setiap
bab dari bab-bab yang ada. Hal
itu karena telah populer di
kalangan para ulama bahwa
fiqih Bukhari itu ada dalam judul
bab-babnya. Kemudian saya
membuang satu bab yang di
dalamnya tidak ada judulnya di
mana Imam Bukhari menulis
"Bab" tanpa tambahan apa-apa
lagi. Apabila di bawah jenis itu
ada hadits yang terdapat dalam
Ash-Shahih, kemudian di dalam
ringkasannya perlu dibuang,
sehingga tinggal bab tanpa
hadits, maka dalam kondisi
semacam ini saya membuang
bab tersebut karena jika
dibiarkan tidak ada manfaatnya.
Hanya saja saya membuangnya
dengan nomornya sekaligus
sebagai tanda pembuangan.
Tujuan dari penomoran dalam
paragraf ini adalah agar indeks
pada kitab-kitab hadits Kutubus-
Sittah dapat dipergunakan dalam
Mukhtashar ini sebagaimana
dipergunakan pada aslinya,
untuk mempermudah mencari
suatu hadits manakala
diperlukan.
Pada catatan kaki, saya jelaskan
kata-kata yang sulit dan sebagian
kalimat yang samar,
sebagaimana yang sering saya
lakukan pada karya ilmiah saya.
Kemudian saya cantumkan pada
setiap jilid indeks buku secara
terinci baik untuk kitab-kitabnya,
bab-babnya maupun haditsnya
dengan tiga bagiannya itu.
Selanjutnya saya berniat
memberi indeks secara terinci,
yang di antaranya memuat
indeks khusus untuk lafal-
lafalnya dalam jilid tersendiri -
mudah-mudahan Allah swt.
mengizinkan - yang sekiranya
memudahkan pembaca untuk
mencari hadits dari kitab
tersebut dalam waktu singkat.
Saya memohon kepada Allah
Yang Mahasuci dan Mahatinggi
semoga Dia berkenan
menjadikan apa yang saya
lakukan ini sebagai amal yang
ikhlas karena-Nya, dan mudah-
mudahan bermanfaat bagi kaum
muslimin di belahan bumi bagian
timur dan barat. Semoga Allah
menyimpan pahalanya untuk
saya hingga, "Pada hari ketika
harta dan anak laki-laki tidak
berguna kecuali orang-orang
yang menghadap Allah dengan
hati yang bersih." (asy-Syu'araa':
88-89)
Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam.
Beirut, awal Rajab 1399 H
Penulis,
Muhammad Nashiruddin al-
Albani
Catatan Kaki:
[1] Pada saat memindahkan
kelaziman-kelaziman kitab ke
laboratorium penjilidan, saya
kehilangan mobil yang
mengangkutnya. Selang
beberapa lama kembalilah
beberapa orang yang tadi ada
dalam mobil itu dan mereka
mengabarkan terbunuhnya
saudara Fauzi Ka'kati, semoga
Allah memberi rahmat
kepadanya. Padahal, hubungan
saya dengan dia seperti saudara
dan anak. Dia baru saja menikah
tidak lebih dari 15 hari yang lalu.
Semoga Allah memasukkannya
ke dalam surga dan
membebaskan Lebanon dari
cobaan yang mengancam
kehidupan orang-orang yang
merdeka dan menghalangi
manusia untuk mendapatkan
keamanan dan melakukan
usaha. Innaa lillaahi wa innaa
ilaihi raaji'uun, sesungguhnya
kami adalah milik Allah dan
kepada-Nyalah kami kembali.
Demikianlah saya kehilangan
sebagian besar kelaziman-
kelaziman buku. Kemudian
gudang yang dibuat menyimpan
sisa kelaziman-kelaziman buku
itu terbakar, sehingga hilanglah
sebagian besar kelaziman-
kelaziman itu. Tiada daya dan
kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah, Ya Allah,
berilah pahala kepada kami atas
musibah yang menimpa kami
dan gantilah untuk kami yang
lebih baik dari ini (Zuhair).
[2] Sebagaimana telah
diterangkan oleh al-Hafizh Ibnu
Hajar al-Aqlani dalam
pendahuluan Fathul Bari
(halaman 11-13, terbitan an-
Nayyiriyah)
[3] Yang dalam juz ini terdapat:
[4] - Jumlah kitab (buku)
sebanyak 33 kitab.
- Jumlah hadits marfu'
sebanyak 998 hadits.
- Jumlah hadits mu'allaq
marju' sebanyak 317 hadits, dan
- Jumlah atsar mauquf
sebanyak 409 atsar.
Sumber: Ringkasan Shahih
Bukhari - M. Nashiruddin Al-
Albani - Gema Insani Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar